Kamis, 18 Juni 2009

susila

Tatwa atau Filsafat Merupakan bagian dari Kerangka Dasar Agama Hindu
Nasehat sri kresna kepada saudaranya
ASOCHYAAN ANVASOCHASTWAM artinya tentang apa yang akan menimbulkan kedukaan ,seringkali kamu berbuat demikian ,ada banyak sekali soal yang kamu kewatirkan .Fantasi kesusahan adalah yang paling buruk. Kamu takut pada hari kemudian kamu kawatir bahwa kamu akan menderita.Semua ini adalah kelakuannya orang orang bodoh, apa yang akan terjadi dihari kemudian ada didalam pangkuan Tuhan.Apa yang telah terjadi itulah habis.Apa yang terjadi sekarng itu inilah dalam pangkuanmu. Kalau kamu hidup baik pada waktu sekarang, hari kemudianmu akan mulia juga. Hilangkan kekwatiranmu dengan bantuannya rumusan ini,dan hidup gagah dan gembira.
Krishna memberikan banyak macam macam alasan meminta supaya arjuna tidak berkwatir .Perbedaan yang paling penting ialah diantara sukma yang kekal dan badan kasaR yang dapat hancur ini .ini mungkin sudah di mengerti dengan segera .Akan tetapi ada berharga sekali untuk dipikirkan.
Pikirlah betul- betul tentang kebenaran ini.kamu mempunyai alat , mata, dengan mata kamu dapat melihat .Kamu kehilangan alat mata itu, tetapi kamu tak kehilangan dirimu .begitu juga dengan badan dengan ciptanya adalah alat saja, semua itu tidak kekal. Akan tetapi didalamu adalah apa2 yang menggunakan alat2 itu : Sekarng hidup dan menggunakan alat-alat itu meskipun alat alat itu telah hilang.
Apa2 yang dalam dirimu akan melanjutkan hidupnya .seperti kamu pake pakeanmu , kamu keluar dari kamarmu dan pergi kekamar lain dan membuka pakean itu lahir didunia ini dan melempar badan ini , memasuki badan lain,penukaran semua ini tidak dapat dihindarkan .lebih gembira kamu mempertahankan diri lebih senang kamu akan mencapainya. Maka dari itu ,sebagai tambahan pada semboyan diatas krisna memberikan filsapat lain Sekarang kamu telah dapat memikirkan kemuliaan Tuhan. Kamu dapat memikirkan kemuliaan kesadaran Tuhan. Kamu tahu ialah tujuan penghidupanmu disini. Kamu tahu juga, bahwa kesadaran jiwa adalah menjdi stu dengan Tuhan . Untuk menjadi satu dengan Tuhan, seharusnya kamu menjadi suci lebih duu. Kamu haru memperkembangkan kebajikan kebajikan suci. Kamu harus mengendalikan sifat-sifat buruk
SUMBER:
BHAGAWAD GITA UNTUK ORANG BHUTA
(Bhuta menurut arti kata dan/ bhuta pengetahuan)
Oleh :SRI SWAMI SIVANANDA.
Di ringkas oleh : yudiarta
Etika Merupakan Bagian dari Tri Kerangka Dasar Agama Hindu
Agama, Kepribadian dan Spiritualitas

Tak dapat dipungkiri bahwa agama yang dianut seseorang membentuk dasar “Kepribadian“nya. Seberapa besar ia menerima manfaat dari agama yang dianutnya, di dalam membentuk Kepribadiannya, ditentukan oleh seberapa banyak ia berhasil mencerap “nilai-nilai luhur” yang dikandung agama yang dianutnya.
Dalam banyak hal, kepribadian menyangkut “etika moral” seseorang, maksudnya, etika-moral yang diterapkan seseorang dalam hidupnyalah yang terpantul sebagai prilaku yang mencerminkan kepribadian seseorang di mata orang lain.Dalam sebuah tulisannya, ada yang mengelompokkan umat beragama ke dalam 6 kelompok pandang, sesuai dengan sejauh mana seseorang mampu memandang dan memperlakukan agama yang dianutnya. Ada yang memandang:
- Agama sebagai Organisasi Sosial.
- Agama sebagai Ajaran Etika Moral.
- Agama sebagai Ajaran Spiritual-Religius.
- Agama sebagai Ajaran Spiritual-Filosofis.
- Agama sebagai Pandangan Hidup.
- Agama sebagai Jalan Kesempurnaan dan Kelepasan.
Secara konstekstual, dari ke-enam kelompok pandang ini, yang terkait langsung dengan Kepribadian adalah, memandang agama sebagai ”Ajaran Etika Moral”. Lebih jauh disebutkan bahwa, memandangnya sebagai ajaran yang memberi bimbingan etika-moral, para penganutnya mengekpresikan tuntunan etika-moral yang diajarkan, dalam prilakunya. Beragama bagi mereka adalah penerapan etika-moral sesuai ajaran yang dianut. Disini tampak jelas adanya benang merah antara Agama - Eika Moral - Kepribadian.
Kepribadian dan Penampilan
Seseorang tampil beda di mata orang lain sesuai kepribadian masing-masing. Mereka yang murah senyum, ramah, terbuka, pendengar yang baik, penuh pengertian, punya tenggang-rasa, polos, murah hati, sederhana, jujur, mudah beradaptasi dengan lingkungan, berani dan mau mengalah, cerdas, disenangi oleh banyak orang dan dapat dijadikan sahabat yang baik.
Dalam sebuah makalahnya, yang berjudul “ Penampilan sebagai Penunjang Keberhasilan”, Kusumadewi mengemukakan bahwa, penampilan yang baik akan lebih memukau, jika disertai dengan pancaran kepribadian yang menyenangkan. Dalam makalah yang sama, ia juga mengajukan “10 - Pedoman Pokok”, yang dapat membuat orang lain menyukai Anda sepenuh hati. Kesepuluh pedoman yang dipetik dari buku Dr. Dale Carnegie berjudul “How To Win Friends And Influence People” tersebut adalah:
1) Hindari kebiasaan mengkritik seseorang, karena berbagai kekurangan, kekeliruan dan ketidaktahuannya.
2) Hargai orang lain dengan tulus dan sejujurnya.
3) Biasakanlah selalu tersenyum.
4) Dalam pergaulan, usahakan dapat ‘mengingat nama’ orang yang pernah dikenal atau pernah diperkenalkan. Oleh karena, namanya adalah kata terindah yang diucapkan orang lain ditelinga.
5) Dalam berbicara dengan orang lain, usahakan menjadi pendengar yang baik. Doronglah ia agar mengungkapkan sebanyak-banyaknya tentarig dinnya, persoalannya dan kepentingannya.
6) Dalam berbicara dengan orang lain, tempatkan kepentingannya dalam fokus pernbicaraan. Dengan kata lain, lakukan pembicaraan dan kacamata kepentingan yang bersangkutan.
7) Dalam menghadapi orang lain, usahakan agar orang lain merasa dirinya penting, dan lakukan itu dengan setulus-hati, bukan dibuat-buat.
8) Jika Anda bersalah, segera akui kesalahan tersebut dengan jujur dan rendah hati.
9) Hargai pendapat orang lain, walaupun Anda tidak sependapat.
10) Jangan salahkan orang lain dengan cara mempermalukannya. Meskipun orang tersebut bawahan Anda atau pembantu Anda sekalipun.

Kesepuluh pedoman pokok dan Dale Carnegie di atas dapat dilaksanakan setiap orang, jika yang bersangkutan memang bertekad ingin meningkatkan pesona kepribadiannya. Hambatan untuk mengikuti kesepuluh pedoman di atas biasanya adalah ‘kesibukan’. Ketika kesibukan memuncak, kita cenderung menjadi ‘tidak sabar’. Ketidak-sabaran sering mendorong seseorang lupa menempatkan dirinya dalam suatu keselarasan dan keseimbangan dengan perasaan dan kepentingan orang lain.

Memang Kepribadian adalah salah satu komponen utama “inner beauty” seseorang disamping Kecerdasan-nya. Oleh karenanya, ia kini menjadi salah satu bidang yang diajarkan dalam institusi pendidikan dan pelatihan formal maupun informal, khusus untuk itu antara bagaimana seseorang memandang agama yang dianutnya, dan menjadikan ajaran etika-moralnya sebagai pedoman hidup, serta penampilan dan kepribadiannya secara menyeluruh.
Agama dan Spiritualitas
Bagi awam, bisa jadi antara pengertian agama dan spiritualitas serasa kabur. Para agamawan seringkali bicara soal spiritual, sementara kaum spiritualis juga sering kali berpijak dan mengacu pada ajaran agama tertentu, yang dianutnya. Fakta ini menambah kebingungan awam tentang yang mana ajaran spiritual dan yang mana doktrin atau ajaran agama.
Kendati dalam ajaran-ajaran agama terkandung ajaran spiritual, namun ternyata tidak semua ajaran-ajaran agama atau aktivitas keagamaan langsung dapat atau digolongkan ajaran atau merupakan laku spiritual. Ajaran etika-moral, misalnya, diajarkan pada setiap agama besar di dunia, namun hingga batas-batas tertentu ia bukanlah ajaran spiritual.
Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran etika-moral dan suatu agama-lah yang akan lebih tampak di permukaan, lebih kasat indriya, oleh karena ia tercermin dalam tingkah-laku dari penganutnya. Ia secara langsung dapat dirasakan nilai manfaatnya, baik bagi pribadi yang bersangkutan maupun bagi lingkungan sosial dimana mereka berinteraksi. Di mata kebanyakan orang, bahkan ajaran etika-moral itulah yang dinobatkan sebagai keseluruhan dari ajaran agama itu sendiri. Ungkapan seperti: “Prilakunya sama sekali tidak mencerminkan prilaku umat beragama” dan semacamnya, mewakili pandangan kebanyakan orang terhadap apa ajaran agama itu di mata mereka.

Sumber:
Oleh : Anatta Gotama, Denpasar
Diterbitkan: Parisadha.org
Diringkas oleh : Yudiarta
Upacara Merupakan Bagian Dari Tri Kerangka Dasar Agama Hindu
UPACARA MAWINTEN atau upanayana adalah merupakan salah satu upacara yang tergolong Manusa Yajna. Kata Mawinten berasal dari kata "Winten" (inten), adalah nama permata yang berwarna putih mempunyai sifat mulia, dapat memancarkan sinar berkilauan yang menyenangkan hati para peminat serta pemiliknya. Bertitik tolak dari pengertian Mawinten sebagaimana telah disebutkan, maka setiap orang yang meyakini ajaran Hindu wajib hukumnya untuk melaksanakan upacara mawinten. Karena, upacara ini bertujuan untuk penyucian diri secara lahir batin
. Secara lahir upacara Mawinten bertujuan untuk membersihkan diri dari kekotoran yang melekat pada dirinya dengan menggunakan sarana air kumkuman (air yang berisi beraneka bunga harum).
Secara batin adalah bertujuan untuk memohon penyucian diri kepada Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, agar diberikan waranugraha berupa tuntunan, bimbingan dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang bersifat suci seperti kesusilaan, Weda, susastra weda dan selanjutnya dapat mengamalkan ajaran-ajaran tersebut baik untuk diri pribadi maupun kepada orang lain yang memerlukannya. Ada beberapa jenis upacara Mawinten sebagai berikut:
1) PAWINTENAN SASTRA/SARASWATI,
2) PAWINTENAN PAMANGKU,
3) PAWINTENAN DALANG,
4) PAWINTENAN TUKANG,
5) PAWINTENAN BALIAN/DUKUN,
6) PAWINTENAN SADEG/DASARAN,
7) PAWINTENAN MAHAWISESA (pawintenan khusus bagi pengurus desa adat).
PEWINTENAN SASTRA/SARASWATI, tujuan khususnya adalah untuk mensucikan diri secara lahir batin dalam mempelajari pengetahuan (Weda) untuk peningkatan kepandaian berilmu.PAWINTENAN PEMANGKU, tujuan khususnya adalah untuk mensucikan diri secara lahir batin, sebagai pemangku pura yang bertugas memimpin pelaksanaan upacara serta menjadi perantara antara umat penyungsungnya dengan Tuhan Yang Maha Esa di suatu Pura. PAWINTENAN DALANG, tujuan khususnya adalah untuk mensucikan diri secara lahir batin dalam tugasnya sebagai Dalang, dengan harapan dapat lebih mampu menarikan pemeranan tokoh-tokoh pewayangan dalam suatu acara pentas. PAWINTENAN TUKANG, tujuan khususnya adalah untuk mensucikan diri secara lahir batin dalam tugas selanjutnya sebagai tukang, sesuai dengan profesi yang ditekuni dalam kehidupan untuk mempimpin suatu pekerjaan. Profesi tukang yang dimaksud adalah tukang banten/sajen/ tukang bangunan/undagi, tukang besi/pande, patung, wadah dan sebagainya. PAWINTENAN BALEAN/DUKUN, tujuan khususnya adalah untuk mensucikan diri secara lahir batin dalam tugas selanjutnya memberikan pengobatan alternatif terhadap suatu penyakit serta memohon kehadapan Hyang Widhi Wasa agar si sakit dapat bisa disembuhkan. melaksanakan ajaran-ajaran agama Hindu di wilayah desanya serta dapat melaksanakan dengan baik. PAWINTENAN SADEG/DASARAN, tujuan khususnya untuk mensucikan diri secara lahir batin terhadap tugas selanjutnya, agar dalam pengabdiannya sebagai penyambung penyampaian pawisik/bisikan yang diterima dari Hyang Widhi/ manifestasiNya yang dimuliakan, diberikan kekuatan dengan tidak mengada-ada (membuat-buat).1) UPACARA PERSIAPAN : diawali dengan pembersihan lahir seperti menyapu halaman pura, menata dengan baik alat-alat upacara pawintenan sesuai dengan tempatnya, memasang busana perlengkapan untuk palinggih yang akan dipakai menstanakan Tuhan dan manifestasiNya, upacara penyucian palinggih dengan menghaturkan sesajen. 2) UPACARA MENSTANAKAN TUHAN dan MANIFESTASINYA, selanjutnya mempersembahkan upakara-upakaranya dengan tujuan mohon agar beliau berkenan menjadi saksi dalam penyelenggaraan upacara pawintenan tersebut, sehingga upacara berjalan tertib, aman dan lancar. 3)UPACARA MELUKAT yaitu pembersihan diri dari yang akan diwinten dengan sarana air kelapa muda (klungah) yang telah dijadikan Tirtha oleh pendeta/pinandita melalui doa, puja dan mantra weda. Selanjutnya dipercikkan ke ubun-ubun dan badan yang diwinten.4)UPACARA MABYAKALA bertujuan memberikan pengorbanan suci kepada mahluk halus (bhutakala) agar tidak mengganggu jalannya upacara.
5)UPACARA MAPRAYASCITA adalah memohon kekuatan-kekuatan Tuhan/manifestasiNya agar yang diwinten dapat memiliki pandangan yang suci.
6)UPACARA PENGUKUHAN (masakapan, padudusan, marajah) yaitu upacara penetapan sesuai dengan jenis profesi kepamangkuan yang ditekuni, ditandai dengan sarana penyucian asapnya api (dudus) dan menulisi organ tubuh yang diwinten dengan aksara-aksara suci.
7)UPACARA MEJAYA-JAYA yaitu upacara yang bertujuan menyatakan rasa syukur kehadapan Hyang Widhi Wasa, karena telah dapat dilaksanakan dengan baik.
8)UPACARA SEMBAHYANG, bertujuan mendekatkan diri kehadapan Hyang Widhi Wasa mohon tuntunan dan bimbinganNya agar yang diwinten dapat menjalankan kewajibannya sesuai jenis dan tingkatan pawintenannya. Serta memiliki makna sebagai berikut :
1. Menenangkan dan memusatkan pikiran, sehingga dapat lebih terarah untuk mulai mempelajari ilmu pengetahuan
2. Mengendalikan diri dan menuntun seseorang untuk berpikir, berkata dan berbuat sesuai dengan ajaran dharma
3. Merupakan tahapan atau jenjang dalam pendakian spiritual
4. meningkatkan kebersihan dan kesucian diri pribadi
5. Pengabdian, pelayanan kepada Hyang Widhi Wasa dan masyarakat
Sumber :
Sudarma
Page : http://www.mail-archive.com/hindu-dharma@itb.ac.id/msg27692.html
Diringkas oleh : yudiarta